Universitas Bakrie terus menerus melakukan upaya yang berkesinambungan dalam meningkatkan kompetensi dosen. Hal ini dilakukan karena institusi menyadari bahwa dosen merupakan komponen yang esensial dalam suatu sistem pendidikan di perguruan tinggi.

Dalam menjalankan peran, tugas, dan tanggung jawab dosen yang dituangkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan dan Pengajaran; Penelitian dan Pengembangan dan Pengabdian kepada Masyarakat dibutuhkan kepakaran dosen yang profesional. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengadakan seminar internal yang rutin dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPP) Universitas Bakrie, salah satu contohnya adalah Seminar Pembekalan bagi Dosen Universitas Bakrie Mengenai Penelitian dan Pengabdian Masyarakat oleh Menristek Dikti yang baru saja diadakan di Bakrie Tower (17/1).

Mengundang Narasumber Direktur Riset dan Pengabdian Kementerian Ristekdikti Prof. Ocky Karna Radjasa, M.Sc, Ph.D, dan Reviewer Nasional LPDP dan Riset Dikti Prof. Dr. Ir. Didik Sulistyanto seminar ini dihadiri oleh Rektor Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, M.Sc., Ph.D., Presiden Komisaris PT. Bakrie & Brothers Tbk Irwan Sjarkawi dan dosen-dosen di Universitas Bakrie.

Ketua LPP Universitas Bakrie Deffi Ayu Puspito Sari, PhD dalam sambutannya mengatakan Universitas Bakrie pada tahun 2016 telah masuk ke dalam peringkat kluster penelitian Madya, pencapaian tersebut sangat diapresiasi sehingga para dosen dapat meningkatkan kinerja penelitian.

 

Rektor Universitas Bakrie Prof. Sofia berharap pembekalan yang mengundang Pak Didik sebagai reviewer bisa meningkatkan kinerja dosen Universitas Bakrie lebih baik lagi, dan dengan dana hibah yang ada seluruh penelitian dosen di Universitas Bakrie dapat ter akomodir.

Turut hadir dalam acara tersebut Irwan Sjarkawi yang dalam sambutannya memaparkan filosofi Bapak Achmad Bakrie yang terkait dengan bidang pendidikan, menurut beliau Pak Achmad Bakrie telah berpesan bahwa pendidikan itu penting, namun amalnya harus dirasakan oleh orang banyak misalnya melalui penelitian yang hasilnya bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

 

Sementara itu Direktur Riset Dikti Prof. Ocky dalam paparannya mengatakan tantangan dari Kemenrisdikti pada tahun ini adalah di bidang pendidikan tinggi dan pelatihan, karena berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementrian, peringkat Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini turun, seperti yang terjadi pada tahun 2016 turun menjadi peringkat 41 dari sebelumnya di peringkat 37, namun komitmen pemerintah ditunjukan melalui Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan dan Ditjen Penguatan Inovasi.

Menurut Prof. Ocky, ada tiga indikator utama riset yang terpenting, yaitu publikasi, kekayaan intelektual (paten, hak cipta), prototipe (prototipe lab dan prototipe industri) dan menyusun rencana induk penelitian (RIP). Indikator publikasi minimal ter index scopus, jumlah pendanaan riset semakin beragam, namun dalam penyaluran pendanaan tersebut akan diperketat karena harus ada sinkronisasi antara penelitian dengan pengabdian terhadap masyarakat. “Pengabdian terhadap masyarakat merupakan agenda kementrian karena merupakan hilirisasi dari penelitian yang tidak harus hanya berakhir di bidang industri namun juga harus bermanfaat bagi masyarakat banyak.” tambahnya lagi.

Sementara itu Prof. Didik mengingatkan tugas perguruan tinggi adalah menyusun rencana strategis (renstra) penelitian, menetapkan indikator penelitian mengacu pada IKUP yang ditetapkan oleh Litabmas, selain itu keuntungan Universitas Bakrie menjadi kluster madya menerima dana 5 milyar per tahun, harus diserap 100% untuk desentralisasi (PUPT, PPT, Pekerti, Dosen Pemula) 70%; harus diserap untuk kompetisi nasional 30%; mereviewer dan menilai proposal riset dosen Universitas Bakrie (internal dan eksternal); ranking UB akan naik dan berimbas pada peringkat akreditasi akan naik.