Mimpi bukanlah hanya sebuah mimpi, jika kerja keras mengikuti. Kenyataan kadang hadir diluar pemikiran normal, bagi orang yang mampu menantang dirinya.
Teori memang fakta begitu juga kenyataannya. Itulah yang dialami oleh anak kedua dari empat bersaudara yang sedang menjalani pendidikan di Program Studi Teknik Industri Universitas Bakrie ini. Siapa sangka, memakai seragam A1 lengkap bersandang pin merah putih dan garuda emas bersama putra-putri terbaik bangsa di seluruh penjuru Indonesia dilaksanakannya dengan penuh bangga akan diri dan bangsanya. Menjadi delegasi Indonesia untuk Kalimantan Timur di ASEAN Student Visit India (ASVI) Youth Exchange Programme selalu disyukuri oleh pria bernama lengkap I Made Anggara Wijayatman yang lahir pada November 21 tahun silam itu. Bersama 24 delegasi yang mewakili provinsinya masing-masing, Ia bergabung bersama delegasi dari Malaysia, Brunei Darussalam, Lao PR dan Kamboja untuk melaksanakan Konferensi dan Educational Visit di India, sebuah program yang terlaksana atas kerjasama Pemerintah India dengan Indonesia di mana Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia sebagai wadahnya. Kesempatan sekali seumur hidup ini menunjukkan kepadanya bahwa India sudah siap menunjukkan kapasitasnya dalam menghadapi persaingan global, dari segi sumber daya manusia dan juga infrastrukturnya. Sistem demokrasi yang adaptif dengan kehidupan masyarakatnya serta budaya yang sangat erat dijaga kelangsungannya membuat masyarakatnya hidup dengan pola pikir yang kritis dan inovatif.
Negara yang sekiranya 25-30 tahun mendatang dapat menjadi negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia ini pun tak luput dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi negara berkembang pada umumnya. Kebutuhan akan sumber pangan dan ketersediaan air yang cukup menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan organisasi non pemerintah di India untuk berinovasi dan berkontribusi. Ia masih ingat sekali dengan visi dari International Crop Research Institute for The Semi-Arid Tropics (ICRISAT), sebuah pusat riset untuk pengembangan agrikultur di tanah kering yaitu menciptakan sumber pangan yang cukup dengan mandiri dan ekonomis. Keterbatasan dan masalah dengan cerdasnya diubah menjadi peluang, peluang menjadi keunggulan, keunggulan menjadi kebanggaan, masyarakatnya. Sangat panjang penjelasan bagaimana proses kerja mereka namun yang bisa terlihat olehnya adalah bagaimana pengelolaan berbasis keberlangsungan secara terus menerus menjadi kunci India dapat membuat bangsanya sebagai bangsa yang mandiri dan inovatif. Integrasi, sesuatu yang juga menjadi hal penting karena efektivitas menjadi kuncinya. Sangat indah bagaimana kuil megah Akshardham tidak hanya menyajikan panorama yang wow, megah dan eksotis namun dapat menjadi sarana edukasi dalam menjalani kehidupan dari segi rohani, dengan penampilan robotiknya tentang sekuel-sekual perjalanan seorang “Guru”. Tidak hanya itu, rasa takjubnya dilengkapi dengan pertunjukan Water Festival yang sungguh-sungguh membuat hatinya berkata; “ Setiap orang Indonesia wajib melihat ini, dan kita harus punya yang lebih baik dari ini!” Berkaca dari dalam negeri contohnya, Borobudur mempunyai potensi yang sangat besar jika dikembangkan secara komprehensif. Lagi-lagi, inovasi dan integrasi menjadi faktor penentu keberhasilan tersebut. Satu lagi, di hotel bintang 5 sekalipun, menu makannya tetaplah Curry. Jadi, menemukan seorang Indonesia yang terharu melihat kecap dan abon adalah hal yang wajar, bahkan sampai menangis jika terlalu lama melalui hari demi hari bersama bumbu-bumbu tersebut.

Dengan latar belakang pendidikannya yaitu Teknik Industri, pengembangan berkelanjutan adalah suatu harga mati jika suatu negara ingin terus bersaing bahkan menjadi terdepan dalam kompetisi global. Masyarakat India telah dididik agar dapat memiliki kemampuan yang baik dalam mengambil resiko sehingga perubahan merupakan hal yang positif dan bukan menjadi halangan untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat India. Kemampuan untuk mengubah problem menjadi peluang adalah kunci dari munculnya inovasi-inovasi tersebut. Kuatnya jaringan diaspora India dalam membangun kembali negerinya merupakan contoh nyata bagaimana suksesnya pendidikan dan nasionalisme dalam mengabdi pada negara.
Sebenarnya, kegiatan yang dilalui sangatlah padat dan sangat menyita energi. Dalam 10 hari program yang berpusat di Hyderabad, New Delhi dan Agra tersebut, para delegasi Indonesia mengunjungi perusahaan terkemuka, universitas top dunia, kantor pemerintahan, pusat riset dan teknologi, tempat wisata yang menakjubkan nan modern dan kesempatan bagi para seluruh delegasi untuk menampilkan cultural performance dihadapan seluruh undangan yang hadir. Dari 10 hari tersebut memang tidak menggambarkan secara keseluruhan wajah India yang sesungguhnya. Namun dari sana para delegasi pasti dapat menyimpulkan bahwa India merupakan negara yang memiliki kemampuan untuk mengguncang dunia khususnya para pemudanya karena mereka merencanakan untuk menjadikan India sebagai World Capital City of Innovation.
Dari kisah-kisah diatas, Indonesia sebenarnya tidak kalah bersaing. Kualitas pendidikan dan pola pikir bermasyarakatnyalah yang menjadi kunci dalam mengembangkan potensi-potensi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di masyarakat. Seperti yang Bapak Presiden Indonesia katakan; “ Ayo Kerja!”. Sebuah kalimat yang singkat namun memiliki makna yang sangat kuat: Jadilah dirimu sendiri dan berikan yang terbaik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Asah terus kemampuan karena perubahan itu pasti. Make Indonesia better.
Tentang Penulis
I Made Anggara Wijayatman adalah mahasiswa Teknik Industri angkatan 2012 Universitas Bakrie, seperti Briliani yang terbang ke China, Angga juga merupakan peserta kegiatan Pertukaran Pemuda Antar Negara - ASEAN Student Visit India 2015 yang diselenggarakan atas kerjasama Pemerintah Indonesia (Kemenpora) dan Pemerintah India (Confederation of Indian Industry) yang berlangsung dari tanggal 3 September 2015 sampai dengan 18 September 2015.