Mahasiswa Universitas Bakrie, Mochammad Dimas Andra Saputra kembali terpilih dalam ajang Internasional mewakili negara Indonesia dalam ajang 2nd ASEAN Foundation Model ASEAN Meeting 2016. ASEAN Foundation Model ASEAN Meeting (AFMAM) merupakan sebuah program yang diadakan oleh ASEAN Foundation.
Acara yang dilaksanakan di Laos pada tanggal 1-7 Oktober 2016 ini merupakan program kedua yang dilaksanakan ASEAN Foundation dan bertempat di International Cooperation and Training Centre (ICTC), Vientiane, Laos. Sebanyak 80 Mahasiswa dan 10 Academic Advisers dari seluruh negara di Asia Tenggara hadir untuk mengenal proses pengambilan keputusan dan bagaimana ASEAN bekerja. Peserta diajak untuk bersimulasi menjadi salah satu wakil negara anggota ASEAN untuk membahas isu yang fundamental yakni kebijakan mengenai pekerja pendatang (migrant worker).
Untuk mengikuti program ini, peserta terpilih yang merupakan hasil seleksi ketat dari lebih dari 30 kelompok di Universitas berbeda di seluruh ASEAN dari berbagai universitas. Seleksi yang dilakukan merupakan seleksi regional dimana satu kelompok yang terpilih akan mewakili negara mereka dalam program yang diadakan untuk peserta 18-25 tahun ini. Setiap tim terpilih terdiri atas 7 Team Member yang merupakan mahasiswa dan satu orang Faculty Advisor yang merupakan akademisi. Dari 7 Orang delegasi Indonesia, Universitas Bakrie sendiri diwakili oleh Mochammad Dimas Andra Saputra, yang merupakan mahasiswa semester 7 Program Studi Teknik Industri. Faculty Advisor dari delegasi Indonesia sendiri merupakan salah seorang Staf Pengajar dari Universitas Bakrie yaitu Drs. Teuku Rezasyah, M.A., Ph.D. Delegasi Indonesia sendiri berhasil terpilih karena keragaman Universitas, prestasi dan esai yang menjadi salah satu prasyarat seleksi.
Kegiatan ini mengajak peserta untuk berperan menjadi salah satu dirjen dari Negara-negara di ASEAN untuk membahas isu Hak-hak pekerja migran di ASEAN. Proses diskusi ini pun dibagi dalam 3 tajuk atau 3 pillar yaitu ASEAN Political and Security, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio Cultural. Dalam prosesnya peserta berperan baik sebagai Kepala Negara, Menteri maupun Pejabat Senior terkait yang nantinya akan melakukan negosiasi dan diskusi dalam pilar-pilar yang berbeda dibawah tema yang sama, untuk mencapai kesepakatan konsensus. Di ajang bergengsi ini, Dimas berperan sebagai menteri yang berada di ASEAN Political and Security Council. Mengajukan ide dan membuat solusi yang dapat diimplementasikan oleh negara-negara di ASEAN, merupakan tantangan utama Dimas.
Sebelum kegiatan simulasi berlangsung sejak September para peserta sudah menerima virtual coaching session dari pihak ASEAN Foundation, serta menerima coaching session dari Executive Director ASEAN Foundation, Duta Besar Laos, Menteri Luar Negeri Laos dan para ahli yang berperan dibidang diplomasi dan hubungan luar negeri untuk memberikan pengetahuan yang lebih dalam mengenai ASEAN.
Ditemui dalam acaranya, Team Advisor Drs. Teuku Rezasyah, M.A., Ph.D berpendapat bahwa pentingnya kemampuan mahasiswa untuk berorganisasi yang akan berguna untuk membangun jaringan, karena zaman dengan teknologi informasi yang sudah pesat. Beliau juga percaya bahwa kemampuan delegasi Indonesia untuk mudah bergabung dengan delegasi ASEAN yang lain merupakan modal penting bagi bangsa Indonesia sebagai calon pemimpin sudah kenal dengan satu sama lain.
Dimas mengaku sangat antusias mengikuti program ini dan berpendapat bahwa program ini mampu memberikan pandangan yang lebih luas mengenai ASEAN dan diharapkan mampu membawa pemuda untuk lebih kontributif terhadap program-program ASEAN dan meningkatkan kemampuan negosiasi dan berdiplomasi yang akan berguna bagi bekal karir di masa depan. Tidak hanya menjadi delegasi Indonesia, delegasi Indonesia juga meraih prestasi pada program yang menjadi inisiatif ASEAN Foundation dan US-ASEAN PROGRESS ini dengan meraih Diplomacy Award. Selamat untuk Delegasi Indonesia.