Program studi Sistem Informasi baru saja menggelar Guest Lecture bertemakan "Crowdsourcing Platform for Disaster Risk Reduction" pada 22 Mei lalu di Ruang 1 dan 2 Universitas Bakrie. Guest lecture kali ini mengundang Bapak Reynald, Community and Events Coordinator di Yayasan Peta Bencana untuk menjadi narasumber.

Dalam paparannya, Bapak Reynald menjelaskan bahwa data suhu dan cuaca iklim dipantau melalui penggunaan satelit atau sensor dengan tujuan mengawasi perubahan iklim yang tidak boleh melebihi 2 derajat. Faktor-faktor seperti perubahan iklim mempengaruhi cuaca panas ekstrem. Pemerintah Bangladesh, Filipina, dan India telah mengeluarkan himbauan untuk bekerja dari rumah dan sekolah di rumah sebagai respons terhadap gelombang panas yang terjadi. Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana seperti banjir dan kekeringan, sementara kebakaran hutan dan banjir sering kali disebabkan oleh kesalahan manusia. Jumlah bencana alam pada bulan Mei 2024 telah mencapai lebih dari 2000, dengan peningkatan kebakaran hutan dalam dua tahun terakhir dan lebih dari 8 juta orang terdampak. Perubahan iklim memberikan dampak yang lebih besar pada orang yang pra sejahtera/miskin, dan orang di Eropa dan Amerika lebih rentan menjadi miskin dibandingkan dengan orang di Afrika Sahara Selatan. Kerugian ekonomi juga timbul dari bencana alam tersebut. 

Data bencana, termasuk titik-titik banjir, dikumpulkan langsung dari masyarakat melalui pelaporan mereka. Peta bencana menggabungkan informasi dari berbagai sumber, termasuk laporan yang diperoleh dari media sosial. Dengan demikian, respons terhadap bencana dapat menjadi lebih cepat dan efektif. Selain itu, informasi yang diperoleh dari sumber-sumber masyarakat memungkinkan pemantauan yang lebih luas dan akurat terhadap situasi bencana. 

Dalam menanggapi perubahan iklim dan dampaknya, penting untuk memanfaatkan teknologi dan partisipasi masyarakat untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam menangani bencana. Peta bencana.id membantu pemerintah untuk mendeteksi bencana. Solusi untuk mengatasi masalah ini melibatkan penggunaan teknologi GIS, meskipun biayanya mahal.