“Most problematic factor in Indonesia for doing business, is corruption. Di Indonesia korupsi dianggap sudah biasa, padahal korupsi sudah jelas memiskinkan rakyat.” Ujar pembicara pada sharing session kelas MM Setyanto P. Santosa (Charmain, Supervisory Board of MASTEL) dengan moderator Prof. Dr. Hoga Saragih (Dosen MM), menurut Pak Setyanto Indonesia visi dan misi nya kurang bold, dan belum menerapkan E-Leadership, ujarnya lagi.

Gambaran bisnis di Indonesia, sering terbentur dengan infrastruktur, birokrasi pemerintah. Hal-hal tersebut yang merupakan pendukung yang fundamental. Indonesia masih tertinggal dibanding Negara maju, khususnya di bidang IT. Kepemimpinan di Indonesia harus menemukan cara baru termasuk attitude, skill, dan knowledge yang hanya bisa diperoleh dengan professional experience. E-Leadership mengacu pada new era salah satunya information age and developed technology. Maksud dan tujuannya adalah untuk social influence untuk setiap orang tertarik mempelajari IT. Gambaran kekinian ini kita gunakan untuk intropeksi diri, apakah kepintaran IT yang dimiliki hanya untuk diri sendiri atau apakah bermanfaat untuk perusahaan. Knowledge Society, transition defect yang berujung pada awareness building. E-Leadership ini penting bagi hidup bernegara, sayangnya E-Government di Indonesia belum berjalan. Rencana pita lebar di Indonesia yang dicanangkan akan rampung selama tiga tahun (National Broadband Plan). National broadband akan meyakinkan masyarakat untuk lebih aware pada technology resources. Semisal CEO tidak pernah memperdalam IT, maka perusahaan akan tertinggal sementara kuncinya inovasi di bidang teknologi. Strategic leadership bisa mengadopsi dari Negara-negara maju tinggal di adopt, dua tipe leadership ini yaitu business focus dan technology focus, keduanya saling bersentuhan.