Jakarta (16/12)-Pada hari Senin, 16 Desember 2013, bertempat di Ruang 1, Universitas Bakrie, telah ditandatangani MoU antara Universitas Bakrie dan Tampere University yang bertujuan untuk memperluas hubungan dan kerjasama di bidang akademik baik antar dua negara Indonesia-Finlandia, dalam bidang pendidikan tinggi, khususnya antara Universitas Bakrie dan Tampere University of Technology, Finlandia.

 

Di dalam nota kesepahaman ini pada dasarnya meningkatkan kerjasama akademis di lingkup internasional terutama melalui pertukaran mahasiswa, akademisi dan ilmuwan, joint research, partisipasi dalam seminar dan forum pertemuan ilmiah, pertukaran data maupun informasi dalam hal akademis.  

Penandatangan dilakukan oleh Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Bakrie dan Prof.Markku Kivikoski, Ph.D, President of Tampere University, yang telah ditandatangani sebelumnya di Finlandia pada tanggal 4 Desember 2013, dan kehadirannya diwakili oleh Pasi Lehmusluoto Ph.D., yang seorang Limnologist, yaitu ahli di bidang limnologi, sebuah ilmu yang mengungkapkan hubungan fungsional antar komponen ekosistem perairan darat yang mencakup komponen abiotik (sedimen, air) dan biotik (plankton, bentik, ikan, bakteri). Dalam perkembangannya ilmu ini berguna untuk menciptakan teknologi pengelolaan produktivitas perairan dan memprediksi serta mengevaluasi dampak kegiatan manusia terhadap kesehatan perairan darat.


Pada kesempatan itu Mr. Pasi juga memberikan kuliah umum bagi mahasiswa Universitas Bakrie, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan. Beliau juga mengungkap penelitiannya terhadap perairan Indonesia dan menjelaskan Kesepakatan Bali yang telah ditantangani pada tanggal 13 Agustus 2009tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan yang merupakan komitmen dari sembilan departemen terkait untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungannya melalui tujuh butir program strategis danau ditandatangani oleh Sembilan menteri pada waktu itu di acara Konferensi Nasional Danau Indonesia I dengan tema “Pengelolaan Danau & Antisipasi Perubahan Iklim” di Denpasar, Provinsi Bali.  Menteri yang menandatangani kesepakatan Bali tersebut yaitu Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri Kehutanan M.S Kaban, dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dan Kelima menteri lainnya yaitu,  Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, dan Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman. 

Tujuh butir program strategis danau dalam kesepakatan tersebut adalah Pengelolaan ekosistem danau, Pemanfaatan Sumber Daya Air danau, pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan informasi danau, penyiapan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim terhadap danau, pengembangan kapasitas, kelembagaan dan koordinasi, peningkatan peran masyarakat, dan pendanaan berkelanjutan.

Dalam mewujudkan kesepakatan bersama tersebut, sembilan departemen tersebut menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan semua pihak melalui sinkronisasi dan sinergisitas Program/Kegiatan Pengelolaan Danau Berkelanjutan pada sembilan danau prioritas yang tersebar di tujuh provinsi sebagai percontohan pengelolaan yaitu Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Rawa Pening, Danau Batur, Danau tempe, Danau Poso, Danau Limboto, dan Danau Tondano selain itu dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mr. Pasi, perairan pedalaman Indonesia mencakup total 618.500 km2 ( 32,6 % ) dari 1.900.000 km2 kepulauan Indonesia , dimana 394.000 km2 ( 20,7 % ) adalah lahan gambut , 119.500 km2 ( 6,3 % ) sungai dan dataran banjir , 16.000 km2 ( 0,8 % ), danau buatan , 5.000 km2 ( 0,3 % ) danau alam , dan 84.000 km2 ( 4,4 % ) daerah irigasi , yang dapat dianggap sebagai ekologis direkayasa danau dangkal . Ada lebih dari 500-700 danau alam , lebih daripada di negara Asia Tenggara lainnya . Lebih dari 90 % dari danau kurang dari 1 kilometer persegi di daerah dan dangkal . Danau ini terletak pada ketinggian dari permukaan laut dekat lebih dari 2.000 m dan 14 di antaranya lebih dari 100 m dan delapan lebih dari 200 m dalam. Di dunia hanya ada 20 danau lebih dari 400 m dan tiga di antaranya berada di Indonesia . Ada juga hampir 200 beberapa waduk digunakan ( Lehmusluoto , 2005).

Danau menyimpan secara permanen sekitar 500 km3 air tawar , volume terbesar dari air danau di Asia Tenggara , setara dengan 22-28 % dari sumber daya air permukaan terbarukan tahunan Indonesia , sedangkan waduk pada kapasitas penuh memegang 5 % dari aliran sungai tahunan ( penuh kapasitas penyimpanan adalah 10 km3 ) . Menurut air Agenda 21 - Indonesia hanya terdeteksi di sungai , bendungan dan rawa . Di beberapa pulau kebutuhan air sudah melebihi sumber daya air yang tersedia . Perairan pedalaman Indonesia juga langsung maupun tidak langsung yang signifikan dalam produksi pangan . Dengan perikanan tangkap pedalaman tahunan hampir 400.000 ton , yang sama dengan hasil tangkapan dari seluruh Amerika Selatan , Indonesia berdiri keempat setelah China , India , dan Bangladesh.

Nilai lingkungan, sosial ekonomi dan budaya dari perairan pedalaman Indonesia besar. Meskipun bangsa Indonesia telah sangat manfaat dari danau mereka , sungai , lahan basah dan lautan pesisir , integritas ekologi dan kedaulatan untuk saat ini dan generasi mendatang belum dianggap benar . Biasanya perubahan hidrologi dan titik ditambah dan polusi nonpoint oleh nutrisi , agro - bahan kimia dan zat beracun hasil dari modifikasi DAS program pemukiman besar dan urbanisasi dan kehutanan , pertanian, perikanan dan industri . Umumnya , lima masalah ekologi utama air diidentifikasi : endapan , eutrofikasi , pengasaman , toxin dan hilangnya keanekaragaman hayati .

Program manajemen Danau Indonesia harus diuraikan oleh para profesional untuk menghindari kesalahan dasar , kurangnya pemahaman mata pelajaran manajemen . Berbasis pengetahuan prediktif manajemen danau secara radikal mengurangi ketidakpastian dalam hasil , risiko dalam investasi dan biaya kegagalan dalam pengambilan keputusan . Investasi yang besar dalam kapasitas ilmiah , data yang dapat dipercaya dan pengawasan profesional yang mampu dan administrasi dalam pengelolaan danau adalah yang paling hemat biaya dan dampak - mengamankan pilihan bagi Indonesia . Sebuah link operasional yang kuat harus dibangun antara ilmuwan , manajer dan warga negara dalam rangka meningkatkan dan mempromosikan pendekatan ekosistem berbasis integratif dan manajemen danau prediktif pada skala DAS , karena air adalah menyeluruh dan lintas sektor penyebut dari Tujuan Pembangunan Milenium PBB (Millennium Ecosystem Assessment , 2005 ) .