Universitas Bakrie terdiri dari Dosen dan Laboran Teknik Lingkungan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) khususnya kepada anggota Great Green Community atau dikenal dengan Komunitas Hijau Hebat dari Kota Depok dalam upaya pengembangan kapasitas dan keterampilan bagi anggota komunitas tersebut. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2024 di Laboratorium Teknik Lingkungan Terpadu berupa pelatihan pembuatan lilin aormaterapi yang terbuat dari minyak jelantah dan tambahan ecoenzym.

Produk lilin aromaterapi ini telah melalui serangkaian proses yaitu tahap uji coba laboratorium berupa pembuatan 14 varian dengan memasukkan unsur bahan minyak jelantah, biji kopi, essential oil dan ecoenzyme sebagai upaya menambah kualitas dan fungsi produk. Cairan ecoenzyme yang ditemukan oleh Dr. Rosukon Poompanvong (Pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand) mempunyai banyak manfaat merupakan hasil fermentasi limbah organik seperti kulit buah atau limbah sayur-sayuran.  Berbagai link informasi menyatakan manfaat ecoenzyme antara lain sebagai deterjen, hand sanitizer, pupuk organik, pengusir hama, desinfektan, pel lantai, pembersih air, detoksifikasi, pestisida alami, pembersih kaca, air purifier dll.

Eco enzyme tidak mengandung senyawa kimia yang tidak bersahabat bagi manusia maupun lingkungan, sehingga penggunaannya relatif aman. Kemudian, 14 varian produk lilin ini dilakukan uji sesori yang melibatkan 30 panelis untuk mendapatkan tingkat penerimaan terbaik.  Uji sensori meliputi aroma, tampilan seni, tekstur, warna, bentuk dan kestabilan nyala. Saat pelatihan tampak para anggota komunitas sangat semangat dan bebas berkreasi menghias lilin aromaterapi sesuai dengan keinginnya untuk mendapatkan tampilan terbaik. Masing-masing peserta membuat 2 bentuk lilin dan dapat membawa pulang.

Kegiatan ini merupakan bentuk partisipasi aktif Universitas Bakrie dan Komunitas Hijau Hebat dalam rangka mendukung tujuan nomor nomor 12 dari 17 tujuan SDGs yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, sebagaimana dilansir Kementerian PPN/Bappenas, memiliki target diantaranya pada 2030 secara substansial mengurangi produksi limbah melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali. Informasi pada tahun 2021 berdasarkan hasil kajian Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Traction Energy Asia, dari konsumsi 13 juta ton minyak goreng, ada produksi minyak jelantah hingga 3 juta ton. Di mana 1,6 juta ton diantaranya didapatkan dari rumah tangga perkotaan besar. Hal memprihatinkan, dari total minyak jelantah tersebut paling banyak hanya sekitar 1,95 juta ton (sekitar 2,43 juta kiloliter) saja yang digunakan untuk minyak goreng daur ulang yang nantinya dijual atau digunakan kembali untuk memasak. Sebanyak 148.380 ton (184.900 kilo liter) diekspor dan sekitar 570.000 kilo liter digunakan untuk bahan baku biodiesel atau kebutuhan lainnya di dalam negeri. Sisanya, berakhir di saluran-saluran pembuangan dan berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan. Minyak jelantah jika dibuang langsung ke saluran pembuangan, minyak dapat membeku dan melapisi atau mengendap di dinding sistem saluran pembuangan sehingga saluran tersumbat. Padahal, dari satu liter minyak jelantah yang dibuang ke saluran drainase, dapat mencemari setidaknya 1.000 liter perairan.

Minyak jelantah juga tidak layak dikonsumsi ulang mengingat selama proses menggoreng, minyak dapat mengalami kerusakan fisika dan kimia seperti perubahan warna menjadi coklat sampai kehitaman dan terbentuknya akrolein yang menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan jika dikonsumsi. Universitasi Bakrie dan Komunitas Great Green menyadari bahwa salah satu dari limbah rumah tangga yang berpotensi didaur ulang adalah minyak jelantah menjadi produk turunan yang mempunyai nilai ekonomis sepeti biodiesel, lilin aroma terapi, sabun cuci dan lain-lain.

Outcome dari kegiatan PkM Universitas Bakrie ini adalah adanya komitment bersama antara Komunitas Great Green untuk mengumpulkan minyak jelantah dari kegiatan memasak di rumah. Sebagian minyak jelantah ini dapat dijual dan sebagian dapat dijadikan bahan produksi produk turunan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi dan menambah pendapatan. Selebihnya, Tim Universitas Bakrie akan memonitor dan mengevaluasi selama masa pendampingan.