Tanggal 22-27 Februari 2013 lalu, rombongan Universitas Bakrie melakukan kunjungan ke wilayah operasional PT. Freeport Indonesia (PT. FI) di Timika, Papua. Rombongan sebanyak 7 orang tersebut terdiri dari Darminto (Warek II), Esa Haruman (Dekan FTIK), Didit Herawan (Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat, LPKM), Susy Rostiyanti (Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan, LPP), Tri Pujadi (KaProdi Akuntansi), Ardiansyah (KaProdi Ilmu dan Teknologi Pangan), dan KaProdi Teknik Lingkungan, Made Brunner.
Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk mengkaji potensi kerjasama antara UB dengan PT. FI khususnya di bidang lingkungan dan ketahananan pangan. Oleh karena itu, selama hampir 6 hari kunjungan rombongan melakukan peninjauan ke kegiatan pertambangan PT. FI dan kegiatan pemulihan lingkungan eksisting yang berkaitan dengan limbah tailing serta pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang sudah dilakukan.
Di pagi hari kedua, rombongan tiba di wilayah operasional PT. FI. Agenda utama pada hari itu adalah kunjungan ke Port Site (Pelabuhan milik PT. FI) dan Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN). IPN merupakan institut pendidikan yang didirikan oleh PT. Freeport Indonesia pada tahun 2003. Institut ini merupakan salah satu bentuk CSR dari PT. FI kepada masyarakat Papua. Tujuan dari institut ini adalah untuk menyediakan peluang magang dan karir kepada masyarakat asli Papua. Masyarakat Papua yang mampu melewati tes dapat mengenyam pendidikan melalui program magang selama kurang lebih 3 tahun dengan gratis. Setelah itu, mereka dapat memilih untuk melanjutkan karir di PT. FI atau perusahaan tambang lain.
Gambar 2 KaProdi TLK, Made Brunner di Institut Pertambangan Nemangkawi
Di hari ketiga, agenda utama rombongan adalah mengunjungi lokasi pertambangan PT. FI di Grasberg. Perjalanan dari Timika menuju Tembaga Pura menggunakan helikopter yang dilanjutkan dengan menggunakan kereta gantung dan bus khusus untuk sampai di visitor center di kawasan eksplorasi Grasberg. Perjalanan menuju kawasan ini memerlukan stamina yang cukup karena lokasi pertambangan yang berada pada ketinggian lebih dari 4000 m diatas permukaan laut. Rombongan mendapat penjelasan mengenai aktivitas yang telah dan akan dilakukan oleh PT FI. Kegiatan penanganan masalah lingkungan berkaitan dengan manajemen air di kawasan Grasberg, serta limbah tailing di sekitar daerah Timika juga dijelaskan.
Setelah menghabiskan satu malam disalah satu kota dengan elevasi tertinggi di Indonesia, rombongan turun kembali ke Timika. Di hari keempat ini rombongan mengunjungi areal reklamasi di Mile 21 untuk mendapat penjelasan mengenai kegiatan PT FI dalam kegiatan pemulihan lingkungan di areal penimbunan limbah tailing. Setiap anggota rombongan mendapat kehormatan untuk menanam dua batang pohon sebagai salah satu wujud gerakan penghijauan di areal reklamasi.
Setelah itu, rombongan mengunjungi LPMAK (Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme & Komoro). LPMAK adalah sebuah lembaga nirlaba yang berkedudukan di Kabupaten Mimika, bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat suku Amungme dan Kamoro, serta 5 kekerabatan suku lainnya (Moni, Dani, Mee/Ekari, Nduga dan Damal) yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Mimika. Program-program LPMAK berfokus pada pemberdayaan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan budaya dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan, dan sektor lain yang sesuai. Sumber utama pendanaan program kerja LPMAK saat ini adalah Dana Kemitraan PTFI yang juga dikenal dengan nama Dana 1 %. Kemudian, di hari keenam Rektor beserta rombongan kembali ke Jakarta.
Gambar 3 Kunjungan ke Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme & Komoro (LPMAK)
Potensi sinergi antara Universitas Bakrie dengan PT. FI dinilai sangat potensial. Masalah sanitasi lingkungan merupakan salah satu masalah lingkungan utama di Papua. Made Brunner selaku KaProdi Teknik Lingkungan dalam presentasinya kepada PT. FI menyatakan bahwa masalah sanitasi lingkungan dapat ditangani dengan teknologi lingkungan berbasis masyarakat. Teknologi ini dapat menjadi salah satu kegiatan CSR kegiatan industri. Oleh karenanya, hal tersebut menjadi salah satu fokus Prodi Teknik Lingkungan Universitas Bakrie. Akan tetapi, untuk menerapkan suatu teknologi berbasis masyarakat diperlukan engineer yang mengerti kondisi geografis, sosial budaya dan kearifan lokal dari daerah tersebut. Tanpa orang yang mengerti ketiga hal tersebut, suatu teknologi hanyalah hal baru yang tidak adaptif sehingga penggunaannya tidak optimal. Dalam hal ini, mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan Universitas Bakrie yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia merupakan aset yang sangat baik. Pemetaan ketiga aspek lokal tersebut akan semakin baik dengan kedatangan mahasiswa dari daerah-daerah yang belum terwakili saat ini.