Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan (Ibu Nurul Asiah) diberi kesempatan untuk mengikuti Food Defense and Chemical Security Workshop pada tanggal 7-10 November 2016 di Hotel Neo + Green Savana Sentul.
Pada workshop tersebut berkumpul peserta dari berbagai macam latar belakang, diantaranya: dari berbagai instansi pemerintah, dari asosiasi industri, dan dari kalangan akademisi. Kesempatan ini memungkinkan untuk bisa sharing informasi dan melakukan kolaborasi. Workshop ini diselenggarakan atas kerjasama antara SEAFAST Center IPB dan USDA (U.S.Department of Agriculture). Hari pertama workshop dibuka langsung oleh Bapak Ali Abdi selaku Agricultural Attache, US Embassy. Agenda pertama workshop adalah Chemical Security Workshop yang dilaksanakan pada tanggal 7-8 November 2016. Materi pertama fokus pada general review of chemical risk assessment, management and communication. Dr. rer.nat. Budiawan mengawali workshop dengan menyampaikan gambaran umum mengenai isu isu terkini mengenai chemical security yang ada di Indonesia, mengapa Indonesia membutuhkannya, hukum dan kebijakan yang sudah diterapkan serta kekuatan dan tantangan kedepan bagi bangsa Indonesia. Diskusi Kelompok, Dipandu Oleh Para Pembicara Diskusi Kelompok, Dipandu Oleh Para Pembicara Pada sesi berikutnya Dr. Dave Stone (Oregon State University) membahas mengenai risk assessment. Beliau membagi informasi mengenai bagaimana manajemen pergerakan bahan bahan kimia, strategi komuikasi resiko secara efektif, dan memberikan contoh studi kasus mengenai: organophosphates, rodenticides dan metals. Berikutnya di hari ke dua Luis Suguiyama (U.S. Environmental Protection Agency) menyampaikan bagaimana pengaturan timbunan bahan kimia yang sudah tidak terpakai. Materi selanjutnya disampaikan oleh Jason Sandahl (USDA/FAS) mengenai development of a highly hazardous pesticide (hhp) risk reduction action plan. Pada kesempatan tersebut Dr. Sandahl menyampaikan langkah langkah utama dalam pengurangan resiko pestisida berbahaya. Setelah beberapa materi selesai disampaikan, workshop dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok dan presentasi. Dalam kesempatan kali ini, peserta dibagi menjadi 3 kelompok dengan topik yang berbeda. Kelompok pertama bertugas untuk mengidentifikasi main chemical security risks in Indonesia. Kelompok ke dua berdiskusi mengenai actions/programs needed dan kelompok ke tiga berdiskusi tentang capacity building needs and the next steps for Indonesia to improve in its management of chemical security risks. Semua peserta terlihat antusias dalam diskusi tersebut. Dalam sesi presentasi, kami melihat banyak masukan dan ide-ide muncul untuk menghasilkan langkah nyata para peserta dalam menyikapi masalah chemical security yang ada di Indosesia. Diskusi Kelompok, Dipandu Oleh Para Pembicara Penyampaian Materi Workshop oleh Neal Fredickson (Food Protection and Defense Institute) Agenda kedua workshop adalah Food Defence Workshop yang dilaksanakan pada tanggal 9-10 November 2016. Agenda workshop pada tanggal 9 November 2016 adalah mengenai food defense: global Importance dan food defense: US perspective. Setelah mengetahui gambaran umum mengenai pentingnya food defense, peserta diarahkan untuk mulai memikirkan bagaimana mengembangkan rencana nasional dalam pertahanan pangan (food defense). Selain itu Net Metenius (Periscope Consulting) menyampaikan mengenai penerapan perencanaan pertahanan pangan dalam perspective dunia industri. Selanjutnya Prof. Purwiyatno Hariyadi (SEAFASTCenter LPPM IPB) menyampaikan food defense dalam sudut pandang akademik. Beliau menyampaikan tentang pergeseran cara pandang dan pengelolaan suatu negara dari keamanan pangan (food safety) ke pertahanan pangan (food defense). Menurut beliau, pertahanan pangan fokus pada preventive control. Konsep pertahanan pangan ini pada intinya adalah fokus pada penanganan kontaminan dan senyaa senyawa lain dengan potensi bahaya yang mungkin mencemari produk pangan ke upaya pencegahan kontaminasi dan adulteration (pemalsuan). Di akhir sesi, peserta mendapat materi tentang mitigation strategy mulai dari definisi, bentuk, konsep dan langkah langkahnya. Strategi mitigasi ini akan sangat berguna dalam rangka pengurangan kemungkinan terjadinya adulteration (pemalsuan). Penyampaian Materi Workshop oleh Neal Fredickson (Food Protection and Defense Institute) Workshop dilanjutkan pada tanggal 10 November 2016 dengan topik food defense initiative, tools and resource yang disampaikan oleh Neal Fredickson (Food Protection and Defense Institute). Kemudian materi dilanjutkan dengan bagaimana peran dan pelaksanaan hukum dalam upaya penegakan pertahanan pangan. Selain itu, peserta juga mendapat sharing informasi mengenai food defense: regional perspective disampaikan oleh Warapa Mahakarnchanakul (Kasetsart University). Beliau memaparkan beberapa hal yang sudah diterapkan di Thailand. Berikutnya Pak Dedi Fardiaz (SEAFAST Center LPPM IPB) menyampaikan materi tentang perlunya penerapan pertahanan pangan di Indonesia. Beliau menekankan pentingnya Program Manajemen Resiko (PMR) guna melindungi konsumen dan menjamin kualitas produk industri pangan. Diakhir sesi pemateri memberi kesempatan untuk banyak melakukan diskusi mengenai ketahanan pangan. Selanjutnya agenda workshop ditutup dengan hangat oleh ibu Nuri Andarwulan (SEAFAST Center LPPM IPB). Keseluruhan rangkaian agenda workshop ini tentu saja sangat penting bagi seluruh peserta. Bagi kami yang bekerja sebagai akademisi akan mencoba menindaklanjuti agenda tersebut. Upaya nyata yang mungkin bisa kami lakukan dalam upaya penegakan pertahanan pangan (food defense) adalah dengan memasukkan materi tersebut dalam kurikulum salah satu mata kuliah pada prodi Ilmu dan Teknologi Pangan. Para akademisi juga bisa mengambil peran dengan cara aktif membuat karya tulis atau research mengenai pertahanan pangan (food defense). Sehingga diharapkan terjadi edukasi berkelanjutan bagi mahasiswa dan lingkungan masyarakat luas.