Setelah dalam kurun waktu lima tahun terakhir hubungan antara Indonesia dan Australia sempat beberapa kali menegang akibat adanya konflik antara kedua negara dalam beberapa aspek yang berdampak pada sempat terputusnya hubungan kerjasama antara keduanya, namun nyatanya baik Australia maupun Indonesia saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini pula lah yang diungkapkan oleh Najib Riphat Kesoema, Duta Besar Indonesia untuk Australia dan Vanuatu 2012-2017, pada Rabu (11/102017) dalam Diplomatic Stage yang diadakan oleh Departemen Ilmu Politik Universitas Bakrie yang membahas tentang tantangan dan peluang Politik Luar Negeri Indonesia terhadap Australia.

Diplomatic Stage merupakan kegiatan guest lecture yang diadakan oleh Departemen Ilmu Politik Universitas Bakrie dengan mengundang diplomat-diplomat Indonesia maupun diplomat dari luar negeri yang membagikan wawasan seputar dunia diplomasi melalui real case. Politik luar negeri suatu negara pun menjadi topik penting pada Diplomatic Stage karena hal ini sangat penting untuk dikuasai calon diplomat-diplomat muda dari jurusan Hubungan Internasional untuk mengenal kebijakan suatu negara daam hubungan bilateral maupun multilateral dengan negara lainnya yang juga dipelajari oleh mahasiswa melalui mata kuliah Politik Luar Negeri.

Diplomatic Stage dengan topik Politik Luar Negeri Indonesia terhadap Australia: Tantangan dan Peluang

Pada kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa Ilmu Politik Universitas Bakrie dengan konsentrasi jurusan Hubungan Internasional ini, Najib Riphat Kesoema menjelaskan bahwa hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia terdiri dari aspek pendidikan, ekonomi, budaya, pariwisata, sumber daya manusia, dan sebagainya. Hubungan yang cukup erat ini pun terbangun karena adanya kedekatan geografis antara Indonesia dan Australia yang memungkinkan adanya kemudahan dalam segi pertukaran informasi dan transaksi antarnegara.

Selain karena kedekatan geografis, Australia dinilai penting bagi Indonesia karena Australia pun memiliki nilai-nilai dasar utama yang serupa dengan Indonesia, seperti demokrasi, kebebasan berpendapat, dan sistem ekonomi yang terbuka. Selain itu, Australia pun menjadi salah satu sumber IPTEK, tempat pembinaan human capital, pemasok kebutuhan beberapa produk pertanian, kerjasama strategis (misal: Traktat Lombok), dan kemitraan komprehensif.

Namun di sisi lain, hubungan yang erat ini seringkali menjadi bumerang bagi kedua negara. Tantangan yang harus dihadapi adalah adanya perbedaan kebijakan di antara keduanya yang mungkin tidak sesuai dengan prinsip negara masing-masing yang menimbulkan adanya perselisihan dan kesalahpahaman di tiap negara.

Dalam politik luar negeri ini, yang menjadi fokus hubungan antara Indonesia dan Australia adalah upaya dalam peningkatan perdangan dan investasi, penguatan people-to-people link: kerjasama pendidikan dan pariwisata, kerjasama di berbagai sektor strategis, serta membangun Indonesia dan Australia sebagai mitra di berbagai institusi kawasan.