Gejolak di Timur Tengah yang berpotensi laten menjadi sebuah konflik yang ditenggarai oleh pendudukan Israel atas Palestina sebagai mother of all issue selalu menarik untuk dibicarakan. Program Studi Ilmu Politik Universitas Bakrie mengundang Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral, Febrian Ruddyard untuk menjadi pembicara dalam guest lecture yang mengusung tema PBB, OKI & Perdamaian Dunia, khususnya Timur Tengah di Ruang 1 & 2 Universitas Bakrie (27/3).

Dirjen yang pernah menjadi Dubes di Wina dan Direktur Keamanan Internasional (Pelucutan Senjata) di Timur Tengah menginginkan perspektif yang orisinil dari para mahasiswa Ilmu Politik. Sementara itu Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Dr. Dudi Rudianto dalam sambutannya berharap dengan guest lecture tersebut akan memberikan kesempatan dan networking bagi mahasiswa Universitas Bakrie untuk bekerja di Kemenlu. Indonesia secara geografis termasuk Negara yang beruntung masuk di lingkaran ASEAN dimana Arsitektur keamanan ASEAN lebih padat dengan saling menghargai perdamaian satu dengan yang lainnya, ujar Febrian. Contohnya, ARF (Asean Regional Forum) sebagai satu-satunya forum yang bisa menjaga perdamaian antara Korea Selatan dan Korea Utara, sementara satu-satunya negara di dunia yang tidak memiliki treaty bebas senjata nuklir hanya di Timur Tengah. Sehingga cita-cita Indonesia adalah memenangkan konflik resolusi di OKI. Beliau mengungkapkan bagaimana Indonesia berkontribusi untuk mendamaikan konflik dan Indonesia mendukung Palestina bukan hanya karena agama namun sesuai dengan Amandemen UUD 1945, Alinea 4 ….. dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…. Yang mendukung 4 pilar untuk Palestina: 1. Negara yang memiliki negara, pemerintahan wilayah dan penduduk 2. Membantu capacity building seperti Negara-negara di dunia. 3. Memperoleh status yang sama di dunia internasional di PBB 4. Mendukung tekanan kepada Israel untuk keluar dari Palestina Beliau juga mengungkapkan posisi strategis Indonesia di mata dunia dan bagaimana memanfaatkan hal tersebut. Di Timur Tengah ada kondisi laten, balance of power sehingga proses demokrasi tidak smooth. Sehingga unsur demokrasi nya tidak murni internal tapi banyaknya unsur kepentingan eksternal. Dan positioning Indonesia pada saat ini konsentrasi terhadap humanitarian assistance sebagai mandatory Indonesia sebagai negara yang cinta perdamaian.