TIKA mengenakan rok bermotif bunga dengan atasan baju hitam ketika menyambut Wartakotalive.com di foodcourt Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (20/12) siang. Segaris senyum melayang dari bibir tipisnya, ia lantas meminta kami bergabung ke sebuah meja.
Sembari menikmati makan siang, kami mulai melakukan obrolan santai. Dara kelahiran 9 Maret 1992 ini kemudian bercerita mengenai berbagai kesibukannya, khususnya mengenai aktivitasnya di sejumlah organisasi. Sebagai remaja yang peduli terhadap lingkungan, gadis asal Malang, Jawa Timur ini, memutuskan terlibat di beberapa organisasi yang berkaitan dengan lingkungan, misalnya di Komunitas Garuda Youth Community. Di komunitas ini, Tika dipercaya menjadi Marketing Communication.
Sebenarnya apa alasan penyuka warna ungu ini terlibat dalam kegiatan lingkungan hidup?
“Ibaratkan saja begini,” ujar Tika selagi ia menelan makanan. “Rumah kita itu kan hanya satu, yaitu bumi. Kalau misal bumi yang kita tempati ini rusak, mau tinggal dimana lagi?”
Tika kemudian menjelaskan semangat awalnya berkecimpung dalam komunitas lingkungan, karena adanya dorongan hati. “Kita tahu bahwa telah terjadi kerusakan lingkungan, tapi kita nggak bertindak, ini kan menjadi hal yang bertolak belakang dengan apa yang kita rasakan,” imbuh pemilik nama Kartika Nindya Putri ini.
Tika semakin antusias ketika diajak mengobrol soal lingkungan. Ini tidak mengherankan, karena baginya, alam adalah bagian dari kehidupan manusia yang tidak semestinya dirusak. “Apalagi sekarang kan banyak lingkungan yang sudah rusak. Yang patut diperhatikan, bagaimana nanti bentuk pertanggungjawaban kita terhadap anak cucu kita. Intinya, jangan sampai perusakan dan pencemaran lingkungan yang dilakukan sekarang, dampaknya dirasakan oleh keturunan kita yang tidak tahu apa-apa,” ujarnya.
Menurutnya, menunjukkan rasa peduli terhadap lingkungan tidak perlu harus dilakukan melalui aksi besar-besaran. “Minimal diawali dari diri sendiri dulu. Misalnya, dengan membuang sampah pada tempat yang disediakan atau tidak melakukan pencemaran. Jika kesadaran seperti ini sudah muncul dan dilakukan, tentu akan ada dorongan yang lebih besar lagi untuk sama-sama menjaga kelestarian lingkungan, sebagai warisan untuk anak-cucu kita nanti.”
Si Gula Jawa Penular Virus Baca
Barangkai tidak salah jika Prof. BJ Habibie pada masa mudanya, kerap menyebut Hasri Ainun Besari atau Ainun Habibie (mendiang istrinya) sebagai gula Jawa. Karena Ainun memang memiliki paras manis, semanis gula Jawa.
Sama seperti Tika yang lahir dan besar di Kota Malang, Jawa Timur. Sosok berdarah Jawa ini pun mempunyai wajah yang tergolong manis. Sifatnya pun terasa lembut. Selain itu, sisi menarik lain yang dimiliki anak pertama dari dua bersaudara ini adalah kepedulian terhadap dunia baca bagi remaja. Ini pula yang membuatnya terpilih menjadi None buku pada tahun 2011.
“Oktober lalu masa jabatan saya sudah habis. Tapi itu tidak menyurutkan semangat saya untuk menumbuhkan semangat baca kepada para pelajar dan pemuda,” kata Tika.
Tika menambahkan, “Saat menjalankan tugas sebagai None buku, aktivitas saya lebih ke pemberdayaan taman bacaan dan perpustakaan yang ada di Jakarta, khususnya di Jakarta Pusat. Jadi, kita membuat langkah-langkah terobosan bagaimana supaya meningkatkan minat baca para pelajar. Misalkan, membuat acara di taman bacaan dengan mengundang siswa dari berbagai sekolah. Saat ini pun, meski sudah tidak menjadi None buku, saya masih aktif bersama teman-teman melakukan upaya-upaya itu.”
Upaya menghidupkan taman bacaan dan perpustakaan yang dilakukan Tika dan teman-temannya terus dilakukan karena banyak remaja di Jakarta yang memiliki minat baca besar, namun kurang mampu membeli buku.
Selain memberdayakan taman bacaan, Tika dan teman-temannya juga kerap mengumpulkan buku-buku dari donatur untuk kemudian menyumbangkannya kepada anak-anak yang membutuhkan.
Tika memandang, kegiatan membaca sangat perlu untuk tanamkan sejak dini. Ia menyayangkan sebagian remaja yang memiliki minat baca rendah, tapi mereka justru lebih suka melakukan tindakan-tindakan yang kurang bermanfaat, seperti nongkrong.
“Budaya baca seharusnya mulai dibiasakan sejak anak masih kecil. Dimulai dari tema-tema kecil. Peran keluarga juga sangat besar untuk membentuk kebiasaan anaknya agar gemar membaca,” kata Tika.
Sebagai gadis yang suka membaca, mahasiswi semester akhir jurusan Akuntansi Universitas Bakrie ini merasakan banyak manfaat. Ia mengaku kerap termotivasi atau tergugah ketika menemukan quote yang menarik. Selain itu, wawasannya juga jadi bertambah. Namun, yang lebih penting, ilmu yang ia petik dari kegiatan membacanya, bisa ia aplikasikan dalam kehidupan dia sehari-hari. “Sebenarnya yang tidak kalah penting, ilmu yang kita peroleh dari kegiatan membaca, bisa kita sharing kepada orang lain. Jadi, learn and share, belajar dan berbagi.”
Anak Rantau Yang Mandiri
Perjalanan hari melaju seperti gerak merpati di angkasa, terpatah-patah, menembus gelap dan terang, berganti-ganti irama, dan melebur pada nada-nada kehidupan yang berlangsung misteri. Tika merasakan perjalanan hidup yang begitu cepat. Usai menamatkan SMA, Tika bangga ketika mendapatkan paket beasiswa dari Universitas Bakrie.
Pada awalnya, kedua orangtua Tika sempat mengarahkannya menjadi seorang dokter, tapi ia merasa itu bukan profesi yang dicita-citakannya. Ia tetap berkomitmen berkecimpung di dunia bisnis. Maka, ia pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar di Universitas Bakrie.
Hidup jauh dari keluarga, menjadi tantangan besar baginya. Hidup mandiri menjadi cita-cita yang ingin ia wujudkan. Ia berkomitmen untuk tidak merepotkan orang tua. Inilah yang mendasari Tika untuk aktif dalam berbagai organisasi serta mencari aktivitas untuk bisa menghidupi diri sendiri. ”Selain aktif di organisasi, saya mengajar les private dan iseng-iseng berjualan. Hasilnya, lumayan kok,”ungkap dia.
Menjadi seorang yang mandiri, tentu bukan perkara mudah bagi mahasiswa manapun, termasuk Tika. Ia perlu menjaga konsistensi dan semangat untuk terus berlayar menyusuri samudera hidup, melewati badai, untuk mencapai tujuan yang indah. Ia pun yakin, dengan segala usaha yang ia lakukan selama ini, ia akan meraih cita-cita yang selama ini ia harapkan.
”Cita-cita saya menjadi seorang pebisnis dan enterpreneur. Ada angan-angan untuk membuka bisnis eco-fashion, ini sesuai dengan ketertarikan saya dengan lingkungan. Selain itu, saya juga ingin membuka cafe buku dan perpustakaan,” kata Tika mengakhiri pembicaraan.
Biodata:
Nama: Kartika Nindya Putri
Tempat/tanggal lahir: Malang, 9 Maret 1992
Hobi: Baca
Kuliah: Jurusan Akuntansi, Universitas Bakrie semester 7
Aktifitas: Garuda Yout Community, Ikatan Abang None Buku DKI Jakarta, Young On Top Campus Ambassador, Jasmerahmaroon.com.
Prestasi: None Buku DKI Jakarta 2011, Juara II Trisakti Accounting Competition 2012, Juara III DABC Binus Internasional Accounting Competition.
Keluarga:
Ayah : Suluh darijanto
Ibu : Cheny Setiati Hardini
Adik : Diajeng Sekar Kinanti