Gerakan Kewirausahaan Nasional menyatakan bahwa setidaknya untuk menjadi negara yang mandiri secara ekonomi dibutuhkan minimal 2% dari total populasi untuk menjadi wirausaha di sektor informal, yang bukan hanya mempekerjakan para tenaga kerja terdidik, tetapi juga tenaga kerja terampil.
Hal inilah yang mendasari Entrepreneurial Youth untuk kembali diadakan di tahun 2013 ini dengan mengangkat tema yang berfokus kepada pembangunan ekonomi kelas menengah ke bawah, yaitu Sociopreneur.
Serangkaian acara telah disusun untuk mendukung terselenggaranya beragam kegiatan edukatif yang puncaknya akan diadakan pada bulan Mei 2013 mendatang. Rangkaian tersebut diawali dengan Pre Event E-Youth 2013 – Sociopreneur: “Goes Beyond Profit, But Benefit!” pada tanggal 16 Mei 2013 di ruang 1-2 Universitas Bakrie, Jakarta Selatan.
Sejumlah penonton yang berasal dari kalangan pelajar maupun pekerjapun hadir memadati ruangan dan bersama-sama mendapatkan pengajaran dari para praktisi Sociopreneur. Baban Sarbana, Pendiri Yatim Online, seorang pemberdaya masyarakat yatim dhuafa, mengungkapkan tentang alasan mendasar yang membuatnya memilih untuk menjadi seorang Sociopreneur. Ia melihat bahwa masih banyak orang yang kurang peka terhadap fenomena sosial yang terjadi di lingkungan. Ia berpegang teguh terhadap kepercayaan bahwa ketika seseorang melakukan sedekah dengan ikhlas satu kali, maka ia akan mendapatkan imbalan berkali-kali. Hal inilah yang menjadi salah satu dasar usaha yang dibangunnya, yaitu ekonomi kerakyatan. Tak lupa ia juga mengajarkan tentang bagaimana menjalankan bisnis berbasis sosial. Salah satunya adalah adalah menyeimbangkan intelegensi emosi dan sosial.
Tak hanya sampai disitu, Yovita Aulia, Pendiri Nalacity, seorang pemberdaya mantan penderita kusta, Yuri Pratama, pendiri Urchindonesia, seorang pemberdaya nelayan landak laut di Kepulauan Seribu, dan Alia Noor Anoviar, pendiri Dreamdelion, seorang pemberdaya wanita kaum marjinal di daerah Manggarai, juga turut memberikan ilmunya seputar pengalaman mereka di bidang Sociopreneur. Menurut Yuri Pratama, menjadi seorang Sociopreneur adalah ketika seseorang “Mengubah Sampah Menjadi Emas Secara Berlian”. Kiasan ini dapat diartikan bahwa Sociopreneur merupakan pebisnis yang mampu meberdayakan masyarakat secara bersama-sama. Meskipun menjadi Sociopreneur bukanlah sesuatu yang mudah, namun selalu ada cara untuk dapat meyakinkan masyarakat bahwa bisnis tersebut potensial dan bermanfaat bagi mereka, dengan tentunya konsep Sociopreneur yang dijalankan harus sesuai dengan potensi dan passion yang dimiliki oleh masyarakat di daerah tersebut.