"There are very few careers that allow you to start obtaining direct managerial experience by age 24" Eryk Budi Pratama, S.Kom, M.Kom, MM, CEH, OSWP, CSCU, CSX-F. mendorong adik-adik kelasnya di Sistem Informasi dan Informatika untuk mengambil sertifikasi dan mengambil peluang menjadi konsultan.

Kak Eryk, Alumni Informatika, 2014 yang sudah malang melintang di dunia IT Security, starting karirnya melalui magang di Unilever dan Chevron, saat ini bekerja di Big 4 (KPMG) sebelumnya bekerja di PWC, Dimension Data dan EY.

Sementara Aditya Barmen Saragih, praktisi auditor IT mengatakan "Adanya revolusi industri 4.0 harus mendorong profesi audit untuk memiliki penguasaan soft skills interpersonal skills ataupun intra personal skill, kompetensi, networking dan sertifikasi, yang berstandar global."

Audit TI dibagi dalam tiga tahapan, yaitu perencanaan, pengujian, pengendalian dan pengujian substantif. Pada tahapan perencanaan auditor harus menyesuaikan strategi audit dengan core business perusahaan, sehingga diperlukan riset terlebih dahulu meliputi penyebaran kuesioner dan wawancara dengan manajemen perusahaan.

Sementara di tahap pengujian pengendalian teknik pengumpulan bukti yang digunakan dalam tahapan ini dapat secara manual atau dengan teknik komputer khusus. Tahapan pengujian substantif fokus pada database (data keuangan) melibatkan penyelidikan yang terperinci mengenai berbagai saldo akun dan transaksi melalui uji substantif dalam IT seringkali menggunakan perangkat lunak Computer-Assited Audit Tools and Techniques (CAATT).

Perkembangan Audit Teknologi Informasi dalam Industri 4.0, di era revolusi industri 4.0 peran kontrol dan audit teknologi menjadi semakin krusial, untuk mendorong inovasi teknologi nasional serta melindungi keamanan data nasional.

Ada empat tahapan posisi perusahaan di tengah era disruptif teknologi. Tahap pertama, signals amids the noise, contoh kasus Polygram, perusahaan recording terbesar di dunia di era 1990 yang kemudian menjual perusahaannya di tahun 1998 karena teknologi MP3 ditemukan, perusahaan (incumbent) merespons perkembangan teknologi secara cepat, tahap kedua, perubahan lingkungan bisnis tampak lebih jelas (changes takes hold), contoh Netflix tahun 2011 menganibal bisnis inti mereka yakni menggeser fokus bisnis dari penyewaan DVD menjadi streaming, tahap ketiga, transformasi tak terelakan (the inevitable transformation) perusahaan incumbent relatif sudah besar dan gemuk sehingga tidak selincah dan seadaptif perusahaan-perusahaan baru (start up company) yang hadir dengan model bisnis baru, tahap keempat, adaptasi pada keseimbangan baru (adapting to the new normal). Perusahaan incumbent harus bertahan di tengah terpaan kompetisi.

Skills audit teknologi informasi yang harus dimiliki dalam industri 4.0:
1. Disrupsi teknologi, kemunculan aplikasi atau software akuntansi. Teknologi yang bisa menggantikan peran auditor karena bisa menampilkan data real time yang akurat, sehingga auditor harus meningkatkan kemampuan analisis.
2. Melakukan preventif Audit Internal
Tugas auditor memastikan data yang dimasukkan ke sistem sesuai dengan prosedur yang berlaku.
3. Meningkatkan pengetahuan sesuai Perkembangan Zaman, calon auditor yang memiliki kemampuan teknologi digital akan mudah terserap di dunia kerja.
4. Menjadi konsultan internal yang profesional, auditor tidak hanya melakukan audit internal/eksternal tetapi juga menjadi konsultan.
5. Meningkatkan Kinerja Organisasi, auditor harus mampu mengoreksi efisiensi sumber daya perusahaan.
6. Memastikan keamanan data yang terhubung internet, karena sebagian aplikasi akuntansi sudah berbasis blockchain.


Adanya revolusi industri 4.0 harus mendorong profesi audit untuk memiliki penguasaan soft skills interpersonal skills ataupun intra personal skill, kompetensi, networking dan sertifikasi, yang berstandar global.